Wednesday, September 30, 2009

Pikiran Adalah Kekuatan Manusia



Manusia dan Kekuatannya

Allah menciptakan manusi menurut gambar dan kesamaan-Nya (Kej.1:26). Itu berarti bahwa Allah menciptakan manusia dan melengkapi dengan pelbagai kekuatan yang bersifat jasmani dan spiritual sekaligus. Kemampuan-kemampuan ini merupakan bagian dari kodrat manusia. Disadari atau tidak, kita harus mengakuibahwa dalam diri kita terdapat tiga kekuatan yang saling menunjang. Ketiga kekuatan ini tidak terdapat pada makhluk lain. Kekuatan tersebut adalah: Kekuatan fisik, Pikiran, dan hati.

Ketiganya kalau dikembangkan semua secara seimbang maka akan menghasilkan kekuatan yang luarbiasa. Biasanya dalam diri setiap orang ada yang menonjol, dan ada yang lemah. Jarang orang yang bersangkutan mampu mengembangkan ketiganya dengan baik. Jika kita mengembangkan ketiganya dalam standar kemampuan prima, maka kita akan memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh semua orang. Dalam hidup kita membutuhkan oleh fisik, pikiran dan hati/batin.

Pikiran Adalah Energi

Kebahagiaan seseorang tidak tergantung pada apa yang dikatakan orang lain atau cara bagaimana mereka bertindak. Pikiran kita dan tindakan kita sendirilah yang merupakan faktor penentu dalam kehidupan ini. Ada sebuah kekuatan yang besar dalam diri kita masing-masing, tetapi kekuatan itu terkadang tidak kita pergunakan dengan benar, atau kita buang percuma karena ketidaktahuan kita akan apa yang kita miliki itu. Kita terus menerus dingatkan tentang energi yang terbuang sia-sia, baik oleh negara secara besar-besaran maupun di dalam rumah kita. Sebagaimana masalah ini penting, bahkan lebih mengejutkan melihat energi manusia yang terbuang percuma. Beribu-ribu orang, sebagian dengan otak cemerlang berkeliaran kemana-mana dan tidak melakukan apapun hari demi hari tanpa ada putusnya. Mereka menginginkan lebih banyak dari kehidupan ini tetapi tidak yakin bahwa mereka mampu mencapainya.

Secara tidak sengaja kadang kita menganggap, pikiran merupakan sesuatu yang biasa-biasa saja. Sering kita gunakan pikiran untuk melamun yang bukan-bukan, mengkhayal hal yang aneh, meramal ini dan itu, dan tentu saja menghambur-hamburkan pikiran kosong lainnya. Seandainya kita tetap menyadari bahwa pikiran mempunyai energi, pikiran bias merubah suasana, menaklukkan lingkungan, bisa membuat hidup lebih nyaman, maka pastilah akan kita gunakan pikiran sebaik mungkin. Tentu tidak semua orang tahu energi kuat yang terkandung dalam pikiran, belum tahu cara menggunakan pikiran yang efektif dan efesian yang dapat merubah dirinya.

Apabila selama sehari penuh kita berpikir terus, tentu yang kita rasakan adalah energi kita terkuras, kepala pusing, dan badan menjadi loyo. Dalam kekekalan energi dikatakan bahwa energi tidak dapat lenyap tanpa merubah bentuk yang lain. Sewaktu kita berpikir yang bukan-bukan, maka energi kita akan terpancar berhamburan menuju objek pikiran yang tiada guna.

Daya pikiran perlu dilatih supaya lebih tajam dan kuat, menimbun daya pikiran agar pikiran lebih berbobot, dan yang paling penting adalah bagaimana menggunakan pikiran untuk sesuatu yang berguna dalam kehidupan kita. Tidak berlebihanlah bila ada orang bijak yang mengatakan bahwa pikiran akan mendatangkan segala kemudahan, uang, dan apapun yang kita butuhkan. Apabila pikiran ibarat seorang sopir, maka kita belajar mendidik agar pikiran bisa berfungsi sebagai sopir yang baik, tahu rambu-rambu dan peraturan, serta punya sopan-santun di jalan.

Fungsi Pikiran

Pikiran, hati, panca indera, dan seluruh anggota badan bisa kita kendalikan dengan kesadaran. Kesadaran sangat menentukan, akan tetapi sebagai kekuatan abstrak ia tidak selalu mandiri. Dikala pikiran kita sedang berfungsi, kesadaran kita akan larut dalam fungsi pikiran. Saat hati sedang berfungsi, kesadaran akan larut dalam perasaan hati. Semua komponen itu tidak dapat berfungsi sendiri.

Pikiran lebih banyak bekerja dibandingkan dengan kedadaran dan hati. Kesadaran bekerja sebagai pembuka pikiran. Hati bekerja untuk yakin dan percaya. Kerja pikiran sangat kompleks, dari mencari gagasan, menaggapi, memilih, menimbang, sampai membuat keputusan. Anda tentu masih ingat bagaimana citra diri yang positif dapat lebih banyak memberikan hasil dari yang kita pikirkan, dan citra diri negatif yang dapat menghancurkan hidup seseorang. Semua berawal dari pikiran yang kita miliki dan kita kembangkan.


Melatih Pikiran

Seperti anak kecil yang ingin menggunakan kemampuan anggota badannya, dia belajar sedikit demi sedikit dan sering dihiasi dengan kegagalan. Begitu juga bagi kita orang dewasa, kita masih belajar banyak untuk menggunakan kemampuan berpikir secara cepat dan tepat. Memang kita sudah dewasa, tetapi kebanyakan orang, mereka hanya sedikit yang menggunakan kemampuan berpikir untuk menunjang kehidupannya. Dengan kata lain, orang lebih banyak hidup dengan menggunakan tenaga fisiknya dari pada menggunakan tenaga otaknya. Pikiran sebenarnya berbeda dengfan alat-alat fisik, misalnya alat-alat dapur. Pisau bila digunakan akan menjadi tumpul, tetapi pikiran malah sebaliknya. Makin sering orang menggunakan daya pikirannya, maka pikirannya makin tajam, makin cermat, dan akurat.

Ada empat kemampuan dasar pikiran yang perlu dikembangkan, yaitu: mengamati objek dengan cermat dan teliti, berkonsetrasi pada objek secara serius, cepat menimbang dan mengambil keputusan, dan tahan lama dalam menyimpan objek ingatan. Dalam melatih pikiran, kita tidak perlu menyiapkan waktu dan menyediakan tempat yang khusus. Membiasakan diri dalam memperkerjakan pikiran secara sadar, dan disengaja itu sudah hal yang baik. Dengan kebiasaan ini pikiran akan cepat bereaksi menanggapi dan membaca situasi. Jangan lewatkan hal apapun didepan kita tanpa pengamatan. Banyak membaca adalah penting. Tapi yang lebih penting adalah kita harus dapat membaca lingkungan.


Pancaran Pikiran

Pikiran adalah energi. Energi pikiran keluar dari tubuh memancar ke lingkungan sekitar kita. Energi yang kuat akan terfokus kepada objek-objek pikiran. Pikiran yang terlatih dan kuat akan memancar jauh dan menjangkau lebih luas. Pikiran yang tajam dan jelas akan lebih mudah menembus dari pada pikiran yang kacau.

Sering kita melihat atau mengalami: Jika kita teringat pada anak, keluarga dan saudara yang berda jauh, maka pada saat yang bersamaan merekapun teringat pada kita. Orang yang kosong pikirannya akan mudah dipengaruhi oleh orang yang tajam pikirannya. Saat kita bertandang ke pada tokoh-tokoh masyarakat atau rohaniawan, dan orang bijak, maka hati kita kan merasa nyaman, tenang, dan sejuk walaupun hanya berdekatan, belum mendengarkan nasehatnya. Kita menjadi pesimis apabila sering bergaul dengan orang-orang yang tidak punya cita-cita. Kejadian-kejadian itu contoh sesuatu yang sering terjadi di tengah masyarakat. Jika memiliki pikiran yang tajam, tentu tidak akan mudah dipermainkan oleh keadaan.

Orang-orang yang memiliki pikiran yang kuat akan mudah merubah atau mempengaruhi orang-orang yang lemah pikirannya. Orang yang lemah pikirannya akan menjadi kambing hitam bagi orang yang suka melempar kesalahan pada orang lain, menjadi tempat pembuangan sampah bagi orang yang suka merasa diri bersih.


Penunjang Daya Pikiran

Makin banyak kita berpikir, maka makin banyak pula energi yang kita keluarkan. Kalau tidak ditunjang oleh sarana yang memeberikan daya atau kekuatan pada pikiran tentu akan segera loyo. Daya kerja pikiran adalah abstrak, namun hasilnya jelas dan kongkrit, serta kita dapat menikmatinya. Banyak gedung pencakar langit, jembatan layang, sarana transportasi dan komunikasi yang semakin canggih. Ini adalah contoh hasil kerja pikiran manusia walaupun tidak semua rencana atau gagasan manusia menjadi kenyataan. Kalau Tuhan menciptakan mahluk, cukup dengan kata-kata, “Jadilah”, maka apa yang dikehendakiNya akan jadi. Akan sangat lain dengan manusia, tidaklah cukup dengan “ Fim salabim…aba kadabra”. Dari membuat tempe goreng sampai membuat satelit canggih tentu semuanya pernah terlintas, dan pernah menyita daya pikir manusia.

Ada beberapa sarana yang diperlukan oleh otak kita: makanan yang bergizi, olah raga yang teratur, dan istirahat yang cukup. Makanan yang bergizi dan vitamin yang dibutuhkan merupakan kebutuhan pokok pikiran agar tetap berpikir prima. Disamping untuk mengganti sel-sel tubuh yang rusak, makan diubah menjadi energi pikiran. Olah raga menunjang metabolisme tubuh, memperlancar peredaran darah khususnya di daerah otak. Pikiran tidak dapat bekerja non stop, istirahat yang cukup harus selalu diperlukan. Dalam keadaan kurang tidur, pikiran akan kacau dan tidak akan dapat tahan lama untuk berkonsetrasi dalam berpikir.

Kemantapan Melalui Penguasaan Pikiran

Walaupun kita tidak dapat menguasai perasaan kita secara langsung, kita dapat menguasai secara tidak langsung dengan jalan menguasai pikiran. Kita dapat menguasai pikiran-pikiran bilamana kita kehendaki hal itu. Tapi sedikit orang yang dapat memusatkan perhatiannya pada sesuatu hal dalam jangka waktu yang lama. Kita adalah seperti apa yang kita pikirkan. Ini benar. Pikirab-pikiran kita yang dominan (kuat) cenderung untuk menyatakan diri.

Paulus berkata agar kita berpikir tentang hal-hal yang benar, “ berpikirlah tentang barang apa yang kedengaran baik”. Sebagaimana yang dikatakan Petrus: “Hendaklah pikiranmu tajam”(1 Petrus 1:13). Pikiran cenderung menampil keluar. Di bawah pimpinan Tuhan, kita atur pikiran-pikiran kita. Berpikirlah sendiri. Kita harus dapat menjaga diri terhadap pengaruh serta nasehat sanak saudara dan teman-teman yang bermaksud baik, tetapi sering sekali bersifat negatif dan merusak. Biarlah pikiran-pikiran kita diatur menurut kehendak Tuhan saja. Pikiran-pikiran yang berasal dari-Nya akan memimpin kita kearah kemantapan jiwa yang merupakan sebuah perisai melawan pikiran jahat dan yang merusak diri kita dan orang lain.

Tantangan dalam Pendidikan Kita (Bagian ke-1)

Pendahuluan
Tantangan yang dimaksud di sini bukanlah berarti "lawan” yang harus kita kalahkan atau kita dikalahkannya seperti layaknya pertandingan. Tantangan di sini berarti bahwa kita dihadapkan berbagai persoalan yang membuat kita menyikapinya.

Pendidikan adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai unsur atau komponen. unsur-unsur itu antara lain guru, anak didik, orang tua, masyarakat, materi, sarana-prasarana pendidikan, dan hal-hal lain yang tak bisa disebutkan dalam tulisan ini. Guru sebagai salah satu komponen pendidikan bukanlah manusia super bisa. Ia menghadapi tantantan yang sama seperti masyarakat pada umumnya. Untuk mepertahankan "orang-orang yang baik" ini dalam pekerjaannya dibutuhkan jaringan yang mendukung.

Pribadi Guru
Hasil riset menunjukkan bahwa guru yang baik adalah teladan yang baik. Ia memiliki semangat mengajar, menghargai pendapat murid, bekerja keras, berani mengambil risiko, dan menjadi pembaharu. Dan mendidik adalah profesi yang berhubungan dengan kasih sayang, kreativitas, disiplin, kemampuan menyelesaikan masalah, serta kemampuan memperkembangkan pribadi. Begitu banyak kehidupan manusia yang disentuh oleh pendidikan. Oleh karena itu, untuk menjadi guru yang notabene juga seorang pendidik, guru harus bisa menjadi seorang perawat, konselor dalam bimbingan, orangtua, kakek / nenek, dan teman belajar. Dan mungkin karena tuntutan-¬tuntutan itulah para pendidik masih jauh dari baik.

Paradoks terbesar adalah saat saya menjumpai seorang murid yang mengatakan bahwa ayahnya pernah menasehatkan, "Jangan pernah menjadi guru karena gajinya sedikit". Saya menyuruh anak itu bertanya kepada ayahnya, apakah ia ingin anaknya diajar oleh "guru yang baik?" Saya jelaskan uang dan ketenaran bukan bagian dari profesi "guru yang haik". Ada kepuasan saat mengajar yang tidak bisa dipenuhi dengan gaji, yaitu jika kita mengaabdikan diri pada rasa tanggung jawab, dan segala gangguan, serta ketidakpuasan dengan sendirinya akan menyingkir.

Dalam Kelas
Tantangan besar dalam pendidikan adalah membuat anak-anak mau membaca. Semakin banyak murid membaca dan menulis, semakin terbuka kemungkinan menemukan ide-ide dan dunia baru. Anak-anak belajar membaca, dan dengan membaca anak-anak telah belajar.

Kompetensi setiap murid berbeda. Jika guru dan orang tua mengelompokkan murid yang "membutuhkankan per¬hatian" dengan murid-murid yang advance, kita melihat bahwa murid yang membutuhkan banyak perhatian ini kerap terpinggirkan, sedang murid yang advance malahan mendapat banyak hal. Hal ini tentu tidak adil. Kita mengetahui bahwa pendidikan juga berarti membantu setiap orang mengerti betapa berharga dirinya bagi keseluruhan sistem.

Saat murid-murid kota besar tumbuh dengan satelit, komputer, AC, dan internet, kita juga perlu memikirkan anak-anak di kota kecil atau yang berada di pelosok. Mereka berhak pula mendapatkan pendidikan setara dengan anak-anak golongan "atas" itu. Mungkin bahasa anak-anak ini buruk. Sikap mereka membutuhkan perbaikan. Namun kita juga perlu mengingat bahwa kita masih dapat memperkembangkan mereka.

Dalam hal ini kita tidak boleh hanya mengajarkan matematika, ilmu pengetahuan, dan sejarah. Kita harus mengajari pula mereka tentang hidup. Tentang bagaimana berkomunikasi dengan sesama. Bagaimana mengakhiri konflik dengan damai dan bagaimana berjuang mendapatkan apa yang mereka inginkan atau cita-citakan.

Namun yang sering terjadi adalah semakin miskin ekonomi, semakin miskin pula sistem pendidikannya. Kita perlu ingat tidak ada satu ujian pun dapat meramalkan sisa kehidupan seseorang. Demikian juga seharusnya tidak ada satu sekolah-pun yang melihat keberhasilan pengajarannya hanya dari "nilai" yang didapatkan anak didiknya saat ujian.

Hasil ujian dengan menghasilkan nilai 1 sampai 10 sungguh diragukan. Itu tidak berarti apa-apa. Yang didapatkan anak hanya selembar kertas bertuliskan "nilai" yang belum tentu memberitahukan kemampuan si anak itu sepenuhnya atau sesungguhnya. Atau sungguh tepatkah nilai itu melambangkan kemampuan si anak dalam bidang itu? Nilai bukan satu-satunya ukuran sukses tidaknya seseorang dikemudian hari. Guru hadir untuk membantu murid-murid mengembangkan kemampuan yang akan mereka bawa.

Anak-anak perlu mengenal masalah-masalah nyata di dunia. Mereka perlu diberi kesempatan untuk memikirkannya, untuk kemudian memecahkannya, Pendidik juga butuh waktu untuk mengetahui apa yang dipikirkan anak-anak, arah yang mereka pikirkan, dan apa yang mereka tuju, dan bukan sekedar menteorikan hal-hal karena kurikulum.

Tantangan dalam Pendidikan Kita (Bagian ke-2, akhir)

Dalam Sekolah
Sepenting-pentingnya pencapainan ademis, seharusnya tidak boleh merenggut karakteristik manusiawi sekolah, walau penulis menyadari untuk berada dalam karakter manusiawinya, sekolah akan menghadapi posisi sulit ketika harus memilih antara mencapai target kelulusan atau membuat komunitas sekolah yang lebih sehat dan kuat di-mana untuk pencapaian idealnya butuh waktu beberapa tahun. Namun tetap perlu diingat, bahwa sekolah selalu memegang dua peran yang berbeda. Pertama, mereka menjadi pelindung nilai-nilai tradisional. Kedua, sekolah memiliki tanggung jawab untuk berinovasi dan merespon masalah dari waktu ke waktu.

Begitu banyak hal yang harus dihadapi anak-anak di dunia nyata sehingga saya merasa bahwa keberadaan pendidik membuat mereka merasa nyaman saat berada di sekolah. Pengandaiannya bila pergi ke persidangan dengan tuduhan praduga tak bersalah, maka seharusnyalah kita masuk ruang pengadilan dengan suatu kepercayaan. Kalau guru tidak mempercayai siswanya, bagaimana siswa itu akan menaruh kepercayaan kepadanya? Dengan sikap saling percaya ini kelas dapat menjadi sebuah komunitas yang saling menghormati, berintegritas, mencintai, menerima, dan merasa memiliki.

Dalam Keluarga
Telah terjadi perubahan dalam kehidupan keluarga para murid. Banyak di antara mereka yang berasal dari keluarga bermasalah.. Dan menurut penulis sesungguhnya bukan teknologilah yang membuat pembelajaran siswa menjadi berhasil namun kehancuran keluarga secara terus meneruslah yang lebih banyak membuat pendidikan anak menjadi keropos.

Penulis merasa banyak anak tidak dibebaskan berbicara di rumah, dan di sekolah guru mengatakan siswanya sangat ribut. Saya bertanya kapan lagi anak-anak memiliki kesempatan untuk berbicara dan didengarkan? Menurut penulis, guru dan orang tua perlu menjadi rekan dalam proses belajar si anak.

Ada banyak hal yang dapat dilakukan orang tua agar anak-anaknya datang ke sekolah dengan kesiapan untuk belajar. Menurut pengalaman penulis, jika orang tua tidak mendukung anaknya pastilah mereka berada dalam satu dari dua alasan. Pertama, mereka tidak tahu cara mendukung anaknya. Atau kedua, mereka tidak mengetahui bahwa dukungan mereka sangat penting bagi anak mereka.

Banyak orang berpikir selama anaknya dijemput dengan bus sekolah, berarti sekolahnya bagus. Padahal mereka perlu juga menyadari apa tugas mereka sebagai orang tua yang mendampingi anak-anaknya.

Dalam Masyarakat
Salah satu tantangan yang paling besar dalam pendidikan saat ini adalah meningkatkan kesan masyarakat terhadap guru. Apa yang salah dalam pendidikan kita tidak hanya karena guru. Kita harus mengembalikan pengajaran ke status yang benar sebagai suatu profesi.

Kita menerima tanggung jawab semakin besar dan banyak, dengan rasa terima kasih yang semakin sedikit. Dalam mengajar, jalan yang harus ditempuh seringkali panjang, sulit, penuh rasa frustasi, walaupun sebagai "guru sejati" kita tidak bisa membandingkan antara tantangan dan penghargaan.

Penyakit masyarakat juga telah masuk ke sekolah. Kita sepertinya terkejut bahwa masalah kemiskinan, tunawisma, narkoba, kehamilan, dan bunuh diri pelajar muncul di sekolah. Beberapa kasus bunuh diri pelajar menghiasi kolom-kolom surat kabar yang sesungguhnya sudah sarat dimuati berita hukum dan kriminal yang semakin mengerikan.

Sekarang ini kita tidak dapat melepaskan, memisahkan, sekolah, masyarakat dan rumah. Jika seorang murid menggunakan obat terlarang, ia tidak bisa melepaskannya saat berada di sekolah. Jika seorang siswi hamil, ia tidak bisa menutupinya. Dengan semua masalah yang mereka miliki sekarang, para guru perlu menjadi alat bantu orang tua.

Jika masyarakat ditanya tentang masalah-masalah yang paling sulit dewasa ini, penulis yakin jawabannya adalah masalah komunikasi dengan pasangan, komunikasi.dalam keluarga, komunikasi dengan rekan kerja, keuangan, dan membesarkan anak. Penulis berpikir pendidikan harus memberi kesempatan kepada anak didik untuk belajar menyelesaikan masalah-masalah itu berawal dari pengendalian perasaan mereka pribadi menuju penyelesaian masalah yang lebih kompleks.

Saya ingin menyampaikan kepada masyarakat bahwa kelangsungan pendidikan masyarakat yang efektif sangatlah penting untuk kita semua. Kita membutuhkan pendidikan bagi semua orang, kesadaran masyarakat, kerjasama, kerja tim antara orangtua, masyarakat, dan pendidik untuk bersatu dalam investasi masa depan. Karena kita tahu dalam pendidikanlah, kita menginvestasikan kepentingan masa depan, anak-anak dan bangsa kita.

Pada Akhirnya
Jika para orang tua, pendidik, murid dan anggota masyarakat menjalankan tanggung jawabnya masing-¬masing, kita dapat memenuhi standar bahkan melebihinya. Pendidikan perlu dipandang sebagai bentuk kerjasama. Dengan demikian tugas mendidik yaitu mengajar adalah tanggungjawab bersama antara sistem sekolah, keluarga, institusi keagamaan, dan masyarakat. Profesi mengajar takkan berhasil bila hanya satu pihak saja yang mengusahakannya.
Sebagai pendidik, kita punya banyak tantangan. pekerjaan serta berbagai masalah di hadapan mata. Namun kita juga yakin masa depan akan menjadi menggembirakan. Saat kita merasa "dilumpuhkan" oleh retorika tentang tanggung jawab, ujian, dan standar kinerja, kita perlu mengingat kembali misi pertama kita yaitu membantu anak-anak belajar dengan baik. Ingatlah! Bayangan pendidik teladan bukanlah seseorang dengan tumpukan kertas yang harus dinilai. Dan pekerjaan mengajar adalah usaha tim. Para pendidik membutuhkan dukungan. Tanpa kolaborasi semua pihak yaitu orangtua, para guru, anggota komunitas, dan pembuat kebijakan, guru tidak akan bisa menyelesaikan pekerjaannya.

Kerumitan dunia pengajaran adalah suatu tantangan yang layak mendapatkan usaha dan dedikasi terbesar. Tidak ada dua hari yang lama. Setiap hari adalah berbeda. Pekerjaan guru adalah sebuah petualangan menyatukan banyak hal dari semua bidang kehidupan yang berbeda.

Pendidikan Adalah Investasi


Pendidikan berasal dari istilah eks-ducare, yang berarti memimpin orang-orang luar. Lulusan pendidikan harus menjadi manusia bebas. Bebas dari fisik, mental, dan rohani, yang pada muaranya untuk mengembangkan rasa independen dan berdaulat dalam kehidupan baik pribadi dan kehidupan sosial. Rasa bebas, tentu saja, terbatas dengan damai, tertib hidup dengan dukungan kehidupan, seperti harmoni, konsensus, tanggung jawab, disiplin, dll. Kebebasan manusia membutuhkan keberadaan kualitas pendidikan melalui pengajaran, pembimbingan, dan pelatihan di dalam keluarga dan sekolah. Siswa harus mampu mengambil keputusan dan membuat pilihan, dan bertindak sesuai dengan keputusan pilihan. Pendidikan dapat berarti yang sadar dan direncanakan untuk membangun lingkungan belajar yang aktif untuk mengembangkan potensi anak-anak mereka sendiri.

Perubahan yang terjadi dalam kehidupan keluarga siswa. Ketidakpastian situasi ekonomi, banyak pengangguran, pemecatan karyawan, kondisi politik yang kurang pasti, yang lebih mengerikan kasus pidana harus dihadapi oleh para siswa dan orang tua. Jika orang tua ditanya tentang masalah yang paling sulit saat ini, pada umumnya, yang terbaik untuk masalah komunikasi (hubungan dengan keluarga), keuangan, dan mendidik anak-anak. Banyak dari murid-murid yang berasal dari keluarga bermasalah. Bukan teknologi yang membuat pendidikan berhasil, tetapi kehancuran keluarga yang gagal untuk membuat pendidikan anak-anak. Banyak anak-anak yang mendapat tekanan, tidak bebas berpendapat, seperti, dll. Ada banyak hal yang dapat dilakukan oleh orang tua anak-anak yang datang ke sekolah dengan kesiapan untuk belajar. Jika orang tua tidak mendukung anak-anak mereka dalam belajar, karena mereka benar-benar tidak tahu cara untuk mendukung anak-anak mereka, atau mereka tidak memahami bahwa dukungan mereka sangat penting bagi anak-anak mereka.

Sekarang kita tidak dapat memisahkan sekolah, masyarakat dan rumah. Jika seorang pelajar menggunakan narkoba, ibu hamil atau siswa, tidak akan dapat melepas penutup dan dimanapun ia berada. Guru sebagai pendidik dan orang tua juga harus memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar memecahkan masalah. Mengapa banyak orang tua memberikan hukuman fisik untuk anak-anak mereka ketika pulang sekolah mendapat nilai jelek? Namun, orang tua seharusnya tidak memaksakan kehendak untuk membuat keras dan mereka adalah anak-anak yang menarik. Anak-anak tidak menyalin orang tua mereka. Orang tua perlu mengingat kembali tugasnya sebagai guru yang pertama dan utama. Pendidikan dalam keluarga adalah sangat penting untuk anak-anak, karena pendidikan yang kita investasi uang, waktu, kepentingan masa depan anak-anak, dan bangsa kita.

RENUNGAN DARI SEORANG SAHABAT



Aku mencintaimu bukan melulu karena dirimu melainkan karena diriku inilah yang berada disisimu.

Tak seorangpun berhak atas tetesan air matamu, namun siapa yang seharusnya berhak tak pernah mengharapkannya.

Bila seseorang tidak mencintaimu sebagaimana engkau inginkan, bukan berarti bahwa engkau tidak dicintainya dengan segenap kasih sayangnya.

Sahabat sejati adalah dia yang memegang tanganmu dan menyentuh hatimu dengan kasihnya yang tulus .

Cara terburuk kehilangan seorang sahabat adalah ketika engkau duduk disampingnya dan engkau tidak menyadarinya kehadirannya.

Jangan pernah berhenti tersenyum sekalipun ketika sedang bersedih, siapa tahu seseorang jatuh hati justru pada senyumanmu itu.

Engkau mungkin hanyalah salah seseorang di dunia ini, namun bagi seorang engkau adalah seluruh dunia .

Engkau tidak harus melewati waktumu dengan orang yang tidak ingin melewati waktu itu bersamamu .

Pencipta mengharapankan engkau bertemu dengan orang sulit, sebelum engkau menemukan orang yang baik sehingga engkau bersyukur karenannya .

Tak usah menangis karena sesuatu telah berakhir, melainkan tertawa lah karena sesuatu terjadi.

Selalu saja ada orang yang menyakiti hatimu, Namun tetap lah mempercayai orang lain sekaligus bersikap hati-hati.

Berusahalah menjadi pribadi yang baik dan berhentilah mengharapakan orang lain akan mememahami dirimu.
Engkau tak perlu mengeluh terus menerus karena banyak hal-hal luar bisa terjadi ketika kita tidak mengharapkannya.