Friday, March 13, 2009

Mencari Pemimpin yang Sebenarnya


Find and See

Pelikan adalah burung penangkap ikan yang ulung. Tapi di kota Monterey, California hal ini tidak terjadi. Di sana tidak perlu bersusah mendapat makanan, ikan-ikan berserakan karena banyak pabrik pengalengan ikan. Tetapi hal menakutkan terjadi tatkala ikan mulai habis dan pabrik tutup. Karena terlalu lama burung itu tidak menangkap ikan, mereka menjadi gemuk dan malas, ikan sulit didapat, sehingga satu persatu mereka mati. Berbagai kelompok pecinta alam berusaha menyelamatkan, hingga suatu saat terpikirkan untuk mengimport burung pelikan dari daerah lain. Hasilnya luar biasa. Pelikan baru segera berburu ikan dengan giat, dan perlahan pelikan yang kelaparan tergerak berburu ikan juga. Dan akhirnya semua pilikan di sana kembali hidup dengan berburu.

Les Giblin, pakar hubungan manusia menjelaskan bahwa manusia belajar sesuatu dari panca inderanya; 1% dari rasa, 1,5% dari sentuhan, 3,5 dari penciuman, 11% dari pendengaran, dan 83% dari penglihatan. John C Maxwel, pakar kepemimpinan membuktikan bahwa, seseorang dapat memimpin dari: 5% akibat krisis, 10% karunia alami, dan 85% karena pengaruh dari pemimpin mereka.


Bekal dan Wawasan Pemimpin

Kepemimpinan di tingkat manapun, dari tingkat yang paling rendah sampai sampai pada tingkat yang paling tinggi, mempengaruhi kita dalam bersikap, kinerja, dan produktifitas. Sebelum menjabat sebagai pimpinan, bekalnya berbeda-beda. Ada pemimpin yang tidak mempunyai bekal apa-apa, sedikit, lumayan, dan ada yang memang mempunyai bekal cukup. Sebelum menjabat, seharusnya ia sudah mengikuti seorang pemimpin dan terlibat dalam kepemimpinannya. Ia telah dididik dan dilatih dalam hal kepemimpinan. Ia beminat dan mendisiplinkan diri untuk bersiap menjadi pemimpin. Dan menurut pengamatan orang serta pengalaman pribadi, ia memiliki bakat di bidang kepemimpinan. Seberapapun bekalnya, hal itu mempengaruhi pelaksanaan kepemimpinannya dan pada gilirannya mempengaruhi prestasi semua orang yang dipimpinnya.

Berdasarkan wawasannya, ada 4 macam pemimpin. pemimpin yang tidak berwawasan ke masa depan menjalankan tugas-tugasnya berdasarkan tradisi dan kebiasaan yang berlaku dalam lembaga. Jika ada hal dan tantangan baru, ia spontan menolak atau menganggapnya tidak ada. Ada pula pemimpin berwawasan tetapi tidak berbuat sesuatu mewujudkannya karena malas, tidak mau pekerjaannya tambah, takut resiko, atau terjerat kemapanan dan rasa aman dalam pola kerja lama. Bagi pemimpin yang memiliki wawasan dan berbuat untuk mewujudkan, ia terus membayangkan, bermimpi masa depan, dan berusaha menyusun strategi pelaksanaannya, tetapi tidak mengikutsertakan bawahan/rakyat. Sebagai bawahan/rakyat tentunya ragu, dan penuh tanya akan apa yang dikerjakan. Pemimpin yang berwawasan dan berbuat bersama bawahan selalu membagi wawasannya kepada bawahan, meyusun rencana dan strategi, dan mengambil langkah-langkah guna mewujudkan bersama bawahan. Konsekuensinya sebagai bawahan mendapat tugas dan tanggung jawab lebih karena harus ikut terlibat secara aktif.


Sifat-Sifat Pemimpin

Sifat-sifat Pemimpin juga berpengaruh pada prestasi oarang yang dipimpinnya. Pertama, sifat mau belajar dan mempengaruhi diri terus menerus penting bagi pemimpin karena dengan demikian seorang pemimpin akan tetap up to date dan mampu menanggapi tantangan kerja yang terus berubah dan berkembang. Kedua, hidup dan kerja yang diorientasikan pada pelayanan. Bagi pemimpin yang berorientasi pada hidup dan kerja yang baik, uang tidak dijadikan tujuan utama dalam bekerja. Jika uang yang dijadikan tujuan utama, maka pelayanan berupa produk dan jasa dapat dikesampingkan. Kata orang bijak untuk membuat orang lain memiliki sikap hormat dan respek yang tulus bukan diperlukan tongkat, tapi kasih; bukan sikap otoriter, tapi sikap melayani; bukan dengan ancaman tapi teladan.

Ketiga, gaya hidup seimbang. Hal ini berarti memadukan secara proporsional unsur-unsur fisik, emosional, mental serta spiritual, dan secara seimbang mengembangkannya. Pemimpin yang seperti ini tidak bersikap ekstrim dalam menghadapi masalah, dan tidak memihak dalam memutuskan masalah. Keempat, mempercayai bawahan. Dengan mempercayai kita, pemimpin tentunya dapat bekerja sama dengan kita, dan bersama membentuk sinergi mencapai tujuan. Kelima, pandangan terhadap makna hidup. Makna hidup menjadi kunci dalam hidup dan perilakunya. Pemimpin yang beridealisme akan memandang hidup sebagai medan untuk berkembang dan berjasa, sedangkan yang tidak akan memandang hidup sebagai medan untuk mendapatkan hal-hal guna memuaskan diri dan memenuhi kebutuhannya sendiri.


Tingkat dan Lingkup Kepemimpinan

Tingkat kepemimpinan adalah level atau tangga pijakan pada waktu menjalankan kepemimpinan. Pemimpin yang berorientasi pada kedudukan (status leadership) mendasarkan kepemimpinannya pada status atau kedudukannya sebagai pemimpin. Yang menjadikan pegangan kerja adalah jabatan, lingkup hak dan wewenang, protokol, tradisi, kebiasaan, dan tatanan lembaga. Pemimpin tingkat ini, dalam melaksanakan kepemimpinan, suka menggunakan kekuasaan dan tak jarang menggunakan intimidasi ancaman, dan kekerasan. Banyak diantara mereka elergi terhadap kritik dan sulit bekerja sama dengan bawahan/rakyat yang tidak sejalan dengan pemikirannya. Model komunikasi satu arah, bentuknya berupa pengarahan, instruksi dan perintah. Kepemimpinan yang berorientasi pada relasi (human relation leadership) kuncinya adalah hubungan dengan orang yang ia pimpin. Dengan menjaga dan mengembangkan hubungan baik dengan orang-orang yang ia pimpin, ia mampu melaksanakan kepemimpinannya secara efektif dan tahan lama. Kecenderungan pemimpin seperti ini adalah melupakan tugas, urusan, dan tujuan lembaga sebab yang menjadi kesibukannya adalah membina hubungan baik dan mencegah konflik.

Kepemimpinan yang berorientasi pada produksi (produktion leadership), pusat perhatian pemimpin tingkat ini adalah kinerja, produk, dan pencapaian hasil kerja yang dicapai, yang menjadi sasaran adalah lembaga. Bawahan berhubungan bukan hanya untuk sekedar berbaik-baik satu sama lain, tetapi bekerja sama mencapai tujuan bersama, maka terciptalah semangat kerja pada kita (dikalangan bawahan). Kepemimpinan berorientasi pengembangan SDM (human reource developer leadership) berhasil menjalin hubungan baik dengan bawahan dan mampu membawa kita (bawahan) mencapai tujuan lembaga sekaligus mengembangkan SDM. Berkat perlakuan atasan yang seperti ini, bawahan akan merasa dihargai, dipercaya, dan ditantang. Keempat tingkatan ini terdapat pada pemimpin kita.

Lingkup kepemimpinan merupakan hal-hal yang menjadi bagian dan tugas pemimpin. Hal ini meliputi bidang pribadi, antar pribadi, manajerial, dan organisasional. Pemimpin bukanlah posisi, malainkan pelayanan, untuk berhasil dalam tugas kepemimpinan, ia perlu menguasai bidang-bidang kepemimpinan sehingga kita sebagai bawahan/rakyat percaya kepada kemampuan kepemimpinannya, dan akhirnya kita juga terdorong untuk mengikuti pengarahan dan petunjuknya. Karena berada di depan dan berjalan di muka, atasan seharusnya menjadi panutan yang dapat dianut dan diteladani dalam perilaku dan pola kerjanya.

Seorang pemimpin juga diharapkan memiliki kredibilitas yang ditampakkan dalam tindakan. Jika pemimpin memiliki kredibilitas, kita (bawahan/rakyat) tentunya akan merasa memiliki dan terlibat (communited) terhadap lembaga/negara, memiliki semangat, dan loyal. Apabila pemimpin tidak memiliki kredibilitas, kita akan berkerja dengan motifasi rendah. Sikap akan mendua, dimuka umum memuji, tetapi dalam hati tidak bangga sama-sekali dan bahkan menyimpan kekecewaan.


Darma Pemimpin

Pujangga R. Ng. Ranggawarsita, seorang pujangga ternama dari zaman Surakarta abad ke-19 mengungkapkan ada 8 darma pemimpin. Anguripi (memberi hidup) berarti menghormati dan menjaga kehidupan sesuai hukumnya. Menciptakan semua berkembang lahir batin secara bebas dan selaras, menghayati makna hidup, saling menghargai, dan menjaga hidup bersama. Angrungkepi (medekap dengan tengkurap) dimaknai menguasai, mengamankan, membela dengan segenap daya. Seorang pemimpin sekurang-kurangnya punya wibawa untuk menghimpun, dan membangun suatu sistem yang kuat dan kompak, disiplin dan bersahaja, serta mampu mengendalikannya. Angruwat (menghindarkan malapetaka) yaitu menggalang upaya mengatasi keadaan buruk. Secara lahiriah melaksanakan upaya nyata yang bertahap dan berkesinambungan dalam kerjasama dengan berbagai pihak yang berkepentingan. Secara spiritual diadakan doa dan permohonan agar Allah menyucikan dan memberkati.

Anata (menata), yaitu menjabarkan peraturan menjadi tatanan dalam berbagai bidang yang berlaku adil, dan benar bagi semua. Menata dan membangun tempat berkarya secara benar, disiplin, jujur, terencana, dan bertahap bagi semua. Menghantar warga hidup sehat dan teratur dengan teladan tulus dan nyata. Amengkoni (mengikatkan), yaitu menampung dan menyatukan segenap warga supaya tidak tercerai berai dan tercecer. Menjaga otonomi dan kedaulatan dengan tetap menjalin persahabatan dan kerjasama dengan semua pihak luar. Angayomi (teduh), yaitu menciptakan rasa aman dan kerasan dalam hidup, belajar dan berkarya, usaha maupun saat istirahat untuk mawas diri dan menimba kehidupan iman. Angurubi (membuat menyala, hangat dan terang), yaitu menghidupkan sikap-tindak yang adil dan benar, jujur dan rapi, sehingga mengikis watak angkara dan perilaku serampangan. Menghangatkan kegairahan hidup, belajar, berkarya, berprestasi, dan berjasa bagi semua. Amemayu (mempercantik), yaitu menjaga harmoni, memperindah, memperluas dan mempertinggi alam dan segala kehidupannya, semua berkesempatan tumbuh dan berkembang secara optimal.

Sungguh tinggi dan tinggi memang darma itu, namun itulah idealnya seorang pemimpin. Tentu pemimpin yang dimaksudkan tidak atasan kita saja, karena di tingkat dan lingkungan manapun kita semua menjadi pemimpin sekaligus menjadi bawahan.


(tulisanku ini aku persembahkan untuk bangsa dan negaraku yang akan menyambut PEMILU wakil rakyat dan Presiden)

No comments:

Post a Comment