Wednesday, March 11, 2009

Sekolah Bangunan Mewah

Dengan adanya perubahan kebijakan di tingkat nasional maupun daerah tentu banyak mempengaruhi proses dan hasil pendidikan. Sebagai contoh mengenai alokasi anggaran pendidikan yang mengarah pada pencapaian 20% APBN. Secara fifik dan non fisik sekolah tentunya mendapat dampaknya. Pembenahan fisik yang berlebihan tanpa melihat pengembangan kualitas pembelajaran tentunya akan melemahkan usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan kita diantara bangsa-bangsa lain di dunia. Meskipun para ahli memasukkan pendidikan sebagai kebutuhan pokok, namun rupanya kebutuhan ini tidak selalu mudah didapatkan.

Sekolah dalam arti pertama adalah, sebuah bangunan yang dibuat entah dari tembok, kayu, kaca, dan besi (house). Dinamakan sekolah berdasarkan penggunaan dan para penghuninya sebagai tempat belajar siswa. Dalam bangunan itu siswa dann guru berlindung dari panas dan hujan. Rupanya aspek ini yang cukup dominan dalam pembangunan sekolah modern, sampai-sampai setiap sekolah dilengkapi dengan fasilitas kipas angin-AC, lantai keramik, pagar tinggi dengan pintu gerbang dan bahkan memiliki satpam.

Sekolah dalam arti kedua lebih pada suatu suasana yang semestinya terbentuk dalam sebuah bangunan tempat orang hidup dan tinggal (home). Ia dibangun oleh cita-cita pendidikan, di atas dasar Pancasila dan UUD1945, untuk semua orang, untuk seluruh penghuninya, atau bahkan untuk tamu yang singgah sebentar. Ia bisa tampak dalam kerukunan, persaudaraan, hormat, pengertian kebersamaan, pelayanan, penghargaan, persahabatan, kejujuran, dll. Sekolah yang ini jika terbentuk dari kehendak yang iklas akan menjadi kuat sekali, lebih kuat dari rumah beton. Tak akan berkarat, atau keropos oleh musim, tak akan roboh oleh bencana, dan tak kan dapat digusur oleh aparat. Ia akan mengikat para penghuninya dan siapapun yang pernah merasannya dengan ikatan tali-tali misterius, tidak tampak namun ada.

Sekolah seharusnya menarik semua orang yang pernah mengalami untuk mengalaminya kembali. Atau paling tidak mengenangnya sebagai sesuatu yang indah dan menyenangkan. Dalam sekolah seperti itulah setiap orang berkembang menjadi manusia utuh. Hanya sayangnya, di zaman modern ini, ketika kemajuan ilmu dan teknologi memberi peluang yang besar untuk membangun sekolah (house) yang megah, kokoh, sekolah kita yang kedua ini (home) malah makin sulit dibangun. Sekarang ini sudah tidak asing lagi dengan kegiatan open house, istilah ini lebih populer karena memang sekolah secara fisiklah yang lebih mudah dipamerkan kepada masyarakat pada umunya. Sekolah sering kali dirasakan sekedar tempat, namun ia menjadi kwajiban atau rutinitas belaka. Pembelajaran berkualitas melibatkan aspek afektif dalam prosesnya akan membuahkan hasil yang optimal. Bila hal itu tidak ditinggalkan, pastilah bangsa Indonesia tidak korup dan menjadi manusia berkwalitas dengan budi pekerti yang mulia. Maju terus pendidikan Indonesia.

No comments:

Post a Comment